Berita,
Partai Hanura Peduli Perempuan
Posted by Pasha Karya Mandiri
Published on Kamis, 21 Februari 2013
MAPPAKAYA, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, menegaskan
kekaguman dengan pesatnya kepedulian terhadap perempuan di ranah politik
Indonesia. Secara khusus Moriarty juga menyatakan salut kepada Hanura
sebagai parpol peduli gender.
Kekaguman Moriarty itu terkuak
dalam diskusi terbatas bertema ‘Perempuan dalam Politik Indonesia’, yang
digelar Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Rabu (13/2) pagi, di
kediaman Dubes. Pada diskusi usai sarapan pagi itu, selain hadir Dubes
Moriarty dan istri sebagai pengundang, juga dihadiri para diplomat
Australia di Jakarta, serta para anggota DPR perempuan dari seluruh
parpol.
Miryam
S Haryani anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai HANURA (kiri),
tengah berbincang bersama Ms Sarra Moriarty (tengah), istri Dubes
Australia Moriarty pada acara diskusi.Perempuan Dalam Politik Indonesia
di Kediaman Dubes Austrlia 13 Februari 2013
“Pak Dubes menyatakan
kekaguman akan pesatnya perkembangan kepedulian akan perempuan di
politik Indonesia,” kata anggota Komisi II DPR dari Partai Hanura,
Miryam S Haryani. Bahkan kata Miryam, Dubes Moriarty secara khusus
menyatakan selamat kepada Partai Hanura. “Beliau terkesan ketika saya
buka fakta bahwa partai kami tak hanya telah melampaui batas kuota 30
persen caleg perempuan, tetapi juga posisi caleg perempuan itu berada di
urutan-urutan atas,” kata Miryam. Apalagi, menurut dia, saat ini
komposisi perempuan di kepengurusan DPP Partai Hanura pun hampir
mencapai 40 persen. “Mendengar itu, beliau bilang Hanura benar-benar
parpol peduli perempuan,” kata dia.
Menurut Miryam, tak hanya
soal kuota yang sebenarnya harus diperhatikan untuk tahu suatu parpol
benar-benar peduli perempuan atau sekadar memenuhi kuota. Bila
calon-calon anggota legislative itu ditaruh di nomor buncit, maka
dipastikan parpol itu sekadar memajang caleg perempuan untuk memenuhi
kuota. “Sebab, meski sistemnya sudah suara terbanyak, tetapi masyarakat
masih salah melihat bahwa nomor urut itu menunjukkan prioritas dan
kemampuan calon. Padahal kan tidak.”
Dalam diskusi tersebut,
Dubes Moriarty juga memahami betapa sulitnya memenuhi kuota keterwakilan
perempuan dalam politik sebagaimana disyaratkan undang-undang. Karena
itulah, menurut dia, kemajuan yang telah dicapai dalam bidang kesetaraan
gender dalam politik Indonesia saat ini, patut diberi apresiasi. “Itu
percepatan yang mengagumkan,” kata Moriarty.
Beberapa waktu
lalu, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Agun Gunanjar,
pesimistis kuota tersebut bisa terpenuhi pada Pemilihan Umum 2014.
Meski mengaku mendukung kiprah perempuan di pentas politik nasional,
Agun melihat kenyataan di lapangan bahwa partai begitu kesulitan
menjaring kader perempuan. "Harus juga realistis, karena kemajemukan
daerah itu berbeda. Situasi di setiap daerah juga tidak sama, " kata
Agun, beberapa waktu lalu.
Karena besarnya factor kesulitan itu,
Manajer Program Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi
Anggraeni, mewanti-wanti partai politik untuk melakukan kerja-kerja
sistematis dalam memenuhi tuntutan kuota 30 persen keterwakilan
perempuan. Menurut Anggraeni, untuk memenuhi kuota tersebut partai
politik harus sesegera mungkin menyiapkan system internal rekruitasi
yang memungkinkan mereka menjaring sebanyak mungkin kader perempuan yang
berkualitas.
0 komentar
Tulis Komentar Anda