DAPIL 1 BONE : TANETE RIATTANG TIMUR, TANETE RIATTANG BARAT, TANETE RIATTANG, DAN PALAKKA
twitter facebook rss

,

Partai Hanura Peduli Perempuan

MAPPAKAYA,  Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, menegaskan kekaguman dengan pesatnya kepedulian terhadap perempuan di ranah politik Indonesia. Secara khusus Moriarty juga menyatakan salut kepada Hanura sebagai parpol peduli gender.
Kekaguman Moriarty itu terkuak dalam diskusi terbatas bertema ‘Perempuan dalam Politik Indonesia’, yang digelar Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Rabu (13/2) pagi, di kediaman Dubes. Pada diskusi usai sarapan pagi itu, selain hadir Dubes Moriarty dan istri sebagai pengundang, juga dihadiri para diplomat Australia di Jakarta, serta para anggota DPR perempuan dari seluruh parpol.
Miryam S Haryani anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai HANURA (kiri), tengah berbincang bersama Ms Sarra Moriarty (tengah), istri Dubes Australia Moriarty pada acara diskusi.Perempuan Dalam Politik Indonesia di Kediaman Dubes Austrlia 13 Februari 2013
“Pak Dubes menyatakan kekaguman akan pesatnya perkembangan kepedulian akan perempuan di politik Indonesia,” kata anggota Komisi II DPR dari Partai Hanura, Miryam S Haryani. Bahkan kata Miryam, Dubes Moriarty secara khusus menyatakan selamat kepada Partai Hanura. “Beliau terkesan ketika saya buka fakta bahwa partai kami tak hanya telah melampaui batas kuota 30 persen caleg perempuan, tetapi juga posisi caleg perempuan itu berada di urutan-urutan atas,” kata Miryam. Apalagi, menurut dia, saat ini komposisi perempuan di kepengurusan DPP Partai Hanura pun hampir mencapai 40 persen. “Mendengar itu, beliau bilang Hanura benar-benar parpol peduli perempuan,” kata dia.
Menurut Miryam, tak hanya soal kuota yang sebenarnya harus diperhatikan untuk tahu suatu parpol benar-benar peduli perempuan atau sekadar memenuhi kuota. Bila calon-calon anggota legislative itu ditaruh di nomor buncit, maka dipastikan parpol itu sekadar memajang caleg perempuan untuk memenuhi kuota. “Sebab, meski sistemnya sudah suara terbanyak, tetapi masyarakat masih salah melihat bahwa nomor urut itu menunjukkan prioritas dan kemampuan calon. Padahal kan tidak.”
Dalam diskusi tersebut, Dubes Moriarty juga memahami betapa sulitnya memenuhi kuota keterwakilan perempuan dalam politik sebagaimana disyaratkan undang-undang. Karena itulah, menurut dia, kemajuan yang telah dicapai dalam bidang kesetaraan gender dalam politik Indonesia saat ini, patut diberi apresiasi. “Itu percepatan yang mengagumkan,” kata Moriarty.
Beberapa waktu lalu, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Agun Gunanjar, pesimistis kuota tersebut bisa terpenuhi pada Pemilihan Umum 2014. Meski mengaku mendukung kiprah perempuan di pentas politik nasional, Agun melihat kenyataan di lapangan bahwa partai begitu kesulitan menjaring kader perempuan. "Harus juga realistis, karena kemajemukan daerah itu berbeda. Situasi di setiap daerah juga tidak sama, " kata Agun, beberapa waktu lalu.
Karena besarnya factor kesulitan itu, Manajer Program Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraeni, mewanti-wanti partai politik untuk melakukan kerja-kerja sistematis dalam memenuhi tuntutan kuota 30 persen keterwakilan perempuan. Menurut Anggraeni, untuk memenuhi kuota tersebut partai politik harus sesegera mungkin menyiapkan system internal rekruitasi yang memungkinkan mereka menjaring sebanyak mungkin kader perempuan yang berkualitas.

0 komentar

Tulis Komentar Anda


Latest Posts

Sponsored By

JANGAN DITIRU DI RUMAH YA . . .!!!

Our Sponsors

ANDI MAPPAKAYA MENYAPA ANDA

 ANDI MAPPAKAYA